Miris! Baru Berusia Tiga Bulan, Jalan Sabuk Merah di Perbatasan RI-RDTL yang Bernilai 100 Miliar Sudah Hancur

NusraInside - Keseriusan Balai Pengelola Jalan Nasional (BPJN) PPK NTT II mengelola APBN dalam pembangunan ruas jalan Sabuk Merah di kecamatan Lamaknen Selatan kabupaten Belu, propinsi NTT patut dipertanyakan.

Betapa tidak, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR tak tanggung-tanggung telah menggelontorkan anggaran fantastis bernilai Rp100 Miliar untuk pembangunan jalan Sabuk Merah di perbatasan RI-RDTL.

Sayang, meski anggaran yang digelontorkan mencapai ratusan miliar, hasil pekerjaan jalan yang baru berusia tiga bulan sudah mulai rusak.

Baca Juga: Warga Desa Noelelo Kembali Datangi Kejari TTU,Ini Tujuannya

Pantauan awak media di ruas jalan Sabuk Merah di sepanjang desa Debu Lulik, Lutarato, Loonuna dan desa Lakmaras, kecamatan Lamaknen Selatan kabupaten Belu pada Sabtu 20 Mei 2022, terdapat banyak lubang sudah memenuhi badan jalan yang baru selesai dikerjakan pada bulan Januari 2023 lalu melalui pengawasan BPJN NTT PPK NTT 2.5./645 di Zukifli Arif.

Pantauan awak media, kondisi badan jalan yang sudah dihotmix mulai hancur sepanjang empat desa tersebut di atas.

Nampak, aspal mulai terkelupas dan patah-patah. Dari potongan aspal yang hancur, terlihat ketebalan aspal juga tidak sama.

Ada yang tebalnya sepanjang satu buku jari telunjuk orang dewasa dan ada potongan aspal yang tebalnya 1,5 buku jari telunjuk orang dewasa.

Baca Juga: Gubernur NTT Menyerahkan Bantuan Pendidikan bagi SMA/SMK di Nagekeo.

Secara kasat mata terlihat, aspal yang sudah mulai hancur diduga disebabkan oleh campuran aspal yang tidak memadai sehingga tidak kuat mengikat material sirtu yang digunakan.

Selain aspal yang sudah hancur, nampak sejumlah titik yang dipasang coran beton juga sudah mulai hancur dan material coran berhamburan menutupi badan jalan akibat dibawah air saat hujan.

Selain sudah terdapat banyak lubang, pekerjaan aspal jalan ini juga belum rampung dimana masih terdapt dua titik yang belum diaspal, meski kontrak kerja proyek ini berakhir pada Desember 2022.

Baca Juga: Lapas Atambua Lakukan Skrining Penyakit Menular dan Tidak Menular bagi WBP